Maros, (Humas Maros). – Pelaksanaan Imtihan Wathani (IW) atau Ujian Nasional PDF Ulya Nahdlatul Ulum Maros hari kedua ini, Selasa (09/03/21) berlangsung lancar. Sejumlah 20 santri mengikuti ujian dengan metode PBT (Paper Based Test) yang terbagi dalam dua ruang ujian. Setiap santri wajib memakai hand sanitizer yang tersedia di depan pintu masuk dan menempati kursi yang telah diatur berjarak sesuai protokol kesehatan.
Kepala PDF Ulya Nahdlatul Ulum Maros Tajuddin, S.Ag., M.Ag yang turut memantau ujian berkesempatan meluangkan waktu menjelaskan keunggulan satuan pendidikan yang sedang digawanginya saat ini.
Pendidikan Diniyah Formal yang disingkat PDF merupakan sekolah agama formal untuk mencetak santri yang mendalami ilmu agama atau tafaqquh fiddin. Hal ini terlihat dari segi mata pelajaran yang diajarkan seperti ilmu falaq, ilmu arubi, ilmu mantiq dan ilmu balagah yang sudah sangat jarang ditemukan di madrasah atau pesantren pada umumnya. Tentu tidak tidak ketinggalan pula materi seperti tafsir, hadits, fiqhi dan usul fiqhi, nahwu sharaf, ilmu tauhid dan ilmu kalam.
“Jadi bahasa sederhananya PDF ini adalah pesantren untuk mencetak calon ulama. Para santri sejak awal ditanamkan bahwa keberadaan mereka disini adalah dalam rangka bertafaqquh fiddin”, ungkap Tajuddin.
Ia menjelaskan perbedaan antara madrasah dengan PDF. Madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas Islam. Disebut demikian karena pelajaran agamanya berbeda dengan SMA.
“Kalo SMA, agama itu mata pelajaran. Tapi kalau di madrasah, mata pelajaran agama itu per bidang. Ada fiqhi, aqidah akhlak, bahasa arab, sejarah Islam, ada Alquran hadits. Lima bidang ini yang menonjolkan ciri khas Islamnya madrasah”, tutur Tajuddin.
Sementara itu, PDF adalah pelajaran agamanya dengan umum berbanding 80 : 20. Programnya dari pemerintah seperti mata pelajaran, silabus dan aturan dari pemerintah. Tetapi diserahkan ke masing-masing pondok pesantren untuk mengelola.
“Silahkan anda kelola sendiri, bagaimana caranya, bagaimana teknisnya terserah itu urusan pesantren. yang penting dari pemerintah sperti ini petunjuknya, terutama mata pelajaran, sehingga masing-masing pesantren diberikan semacam keleluasaan. sehinngga pesantren memiliki ciri khas tersendiri.
Tajuddin menceritakan karaktker PDF di pulau Jawa misalnya, ada yang tidak terikat dengan waktu, fleksibel tergantung dengan kyai atau pembinanya. “Tidak terpaku dengan waktu, jadi agak bebas”, tambahnya. Ada juga pondok bahkan di semester awal lebih mengedepankan bahasa arab dan tata bahasa.
PDF ini memiliki jenjang sebagaimana jenjang pendidikan di sekolah umum misalnya mulai dari TK, SD, SMP, SMA dan PT. Maka kalau di PDF jenjangnya mulai dari Ula, Wustha, Ulya, Ma`had Aliy.
“Tapi kalau kita lihat di Sulawesi ini, input untuk mencari calon masuk ke PDF ini masih kendala. Seharusnya, yang masuk ke pdf ulya ini kan dari wustha. itu yang linear atau searah. Tapi untuk saat ini, di sini wustha belum dibuka. Kalo ditempat lain sudah ada yang buka wustha. Dan ini tahun ujian pertama wustha”, jelas Tajuddin.
Mata pelajaran yang sudah dianggap langka, seperti ilmu falaq yang bisa jadi tidak dipelajari di madrasah atau bahkan di pondok pesantren sudah sangat jarang ditemukan. Namun demikian PDF juga mempelajari mata pelajaran umum antara lain PKN, Bahasa Indonesia, Seni Budaya Matematika dan IPA.
PDF sama kedudukannya dengan sekolah lain seperti SMP, SMA atau STM. Karena PDF ini adalah satuan pendidikan agama yang diformalkan.
“Jadi ada pindahan dari SMA ke sini bisa, karena kan terdata di emis. Data emis kita juga diverval masuk di dinas. Dari sisi legalitas formal sama. Tidak ada bedanya sama sekali. Ada ijazahnya”, terang Tajuddin.
Terkait dengan biaya, PDF Ulya Nahdlatul Ulum memang tetap memperhatikan siswa yang tidak mampu sehingga terkadang ada pengurangan biaya atau penundaan atau bahkan membebaskan dari biaya.
Syarat untuk mengelola PDF adalah pondok pesantren yang sudah berusia sepuluh tahun lebih dengan jumlah santri sekitar 300 orang dan santri mondok. Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Maros memenuhi syarat ini untuk mengelola PDF.
Sejak didirikan tahun 2015 lalu, PDF Ulya Nahdlatul Ulum sudah tiga kali menamatkan santri. Diantara sudah tamat ini, ada 6 orang santri melanjutkan pendidikan keluar negeri seperti dengan beasiswa ke mesir dan afrika. “Insya Allah tahun ini ada lagi yang akan berangkat ke Yaman dan Mesir”, tambahnya.
Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan alumni PDF tetap bisa lanjut PT umum seperti Unhas, Telkom Bandung, bahkan ada yang masuk ke kepolisian.